You are currently viewing Pengalaman Luar Angkasa: Kisah Nyata Para Astronot

Pengalaman Luar Angkasa: Kisah Nyata Para Astronot

Fakta Unik Kehidupan Astronot di Luar Angkasa

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana cara astronot buang air besar di luar angkasa? Kok bisa, ya, mereka melakukannya tanpa gravitasi? Pertanyaan ini mungkin terdengar lucu, tapi sebenarnya kehidupan astronot di luar angkasa penuh dengan hal-hal menakjubkan yang tak terduga.

Makanan Pertama di Antariksa

Untuk memulainya, tahukah kamu bahwa makanan pertama yang dimakan manusia di luar angkasa adalah pure apel dalam kemasan mirip pasta gigi? John Glenn, astronot pertama Amerika yang mengorbit Bumi pada tahun 1962, mencatat momen bersejarah ini. Ia menggambarkan betapa anehnya makan tanpa gravitasi—makanan tak bisa digigit seperti biasa, dan cairan melayang dalam bentuk bola.

Seiring waktu, makanan antariksa telah berkembang pesat. Kini, astronot bisa menikmati pizza, pasta, hingga es krim. Tortilla menjadi favorit karena tidak meninggalkan remah yang bisa melayang dan merusak peralatan elektronik.

Tidur Tanpa Gravitasi

Selanjutnya, bagaimana caranya tidur tanpa kasur dan bantal? Chris Hadfield, astronot asal Kanada, menggambarkan tidur di luar angkasa seperti melayang dalam mimpi. Mereka tidur dalam kantong tidur yang diikat ke dinding agar tidak melayang ke mana-mana.

Namun demikian, banyak astronot mengalami mimpi yang lebih nyata karena perubahan tekanan tubuh. Hal ini menjadi salah satu tantangan unik dalam kehidupan di luar angkasa.

Tantangan Buang Air Besar di Antariksa

Sementara itu, urusan buang air ternyata juga menjadi tantangan besar, terutama di masa-masa awal eksplorasi luar angkasa. Dulu, astronot harus menggunakan kantong plastik khusus yang ditempelkan ke tubuh—bukan pengalaman yang nyaman, tentu saja.

Untungnya, teknologi kini sudah jauh lebih maju. NASA menggunakan toilet canggih bernama Waste and Hygiene Compartment (WHC). Sistem vakumnya menyedot cairan dan limbah padat, bahkan urin pun didaur ulang menjadi air minum! Inovasi ini sangat penting demi kelangsungan hidup di ISS.

Efek Tubuh Tanpa Gravitasi

Tak hanya itu, hidup di luar angkasa juga menyebabkan berbagai perubahan fisik. Scott Kelly, astronot yang tinggal selama setahun di ISS, mencatat bahwa tubuhnya menjadi lebih tinggi hingga 5 cm! Tapi sayangnya, tanpa gravitasi, tulang dan otot menjadi lebih lemah.

Oleh karena itu, astronot diwajibkan untuk berolahraga minimal dua jam setiap hari guna menjaga kebugaran. Selain itu, cairan tubuh cenderung mengalir ke bagian atas tubuh, membuat wajah terlihat lebih bengkak. “Luar angkasa bikin kamu kayak alien,” ujar Scott dengan nada bercanda.

Pengalaman Spacewalk

Lebih menantang lagi, ada momen saat astronot harus keluar dari ISS untuk melakukan perbaikan atau eksperimen—disebut spacewalk. Dalam kondisi ini, mereka hanya terikat tali pengaman dan harus menghadapi suhu ekstrem, dari -150°C hingga 120°C.

Peggy Whitson, pemegang rekor spacewalk perempuan terbanyak, pernah berkata, “Melihat Bumi dari luar seperti melihat mahakarya seni. Tapi sekaligus, kamu sadar betapa kecil dan rentannya manusia.”

Kembali ke Bumi dan Rasa Syukur

Setelah semua pengalaman itu, saat kembali ke Bumi, banyak astronot mengaku menjadi lebih menghargai kehidupan. Don Pettit berkata, “Melihat Bumi dari luar angkasa membuatku sadar betapa rapuhnya atmosfer kita.”

Penutup

Pada akhirnya, hidup di luar angkasa tidak hanya soal teknologi tinggi, tetapi juga tentang pelajaran kemanusiaan dan rasa syukur. Cerita para astronot mengajarkan kita bahwa betapapun canggihnya teknologi, rumah sejati kita tetaplah Bumi—planet yang harus kita jaga bersama

Baca juga : Inilah Evolusi Baju Astronot dan Fitur-Fiturnya! – Eduidea

Youtube : (5) Eduidea ID – YouTube

Tinggalkan Balasan