You are currently viewing APAKAH FISIKA BERTENTANGAN DENGAN AGAMA?

APAKAH FISIKA BERTENTANGAN DENGAN AGAMA?

Pernahkah Anda mendengar pernyataan seperti ini: “Jangan mempelajari fisika kuantum karena bisa melemahkan iman Anda.”

Sekilas, pernyataan tersebut memang terdengar berlebihan. Namun, faktanya, masih banyak orang yang merasa khawatir bahwa ilmu sains modern—khususnya fisika kuantum—berpotensi menantang keyakinan agama.

Lalu, apakah benar demikian? Atau justru ada kesalahpahaman yang perlu kita luruskan? Dalam artikel ini, kita akan menyelami dunia fisika kuantum, membahas dampaknya terhadap keimanan, serta melihat bagaimana ulama Indonesia memberikan perspektif yang menarik. Mari kita mulai!

Apa Itu Fisika Kuantum?

Sebelum masuk ke kontroversinya, ada baiknya kita memahami dulu apa sebenarnya fisika kuantum.

Fisika kuantum adalah cabang ilmu yang mempelajari perilaku partikel-partikel sangat kecil, seperti elektron dan foton, pada skala subatomik. Menariknya, hukum-hukum yang berlaku di dunia makro sering kali tidak bisa diterapkan di tingkat ini.

Sebagai contoh:

  1. Superposisi: Partikel bisa berada di dua keadaan sekaligus. Bayangkan Anda melempar koin. Alih-alih jatuh di sisi kepala atau ekor, koin itu berada di keduanya sampai ada yang mengamatinya.
  2. Entanglement: Dua partikel dapat saling terhubung meskipun dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh. Jika salah satu dipengaruhi, partikel lainnya juga ikut berubah secara instan.

Bagi sebagian orang, konsep ini terdengar seperti sihir atau sesuatu yang bertentangan dengan logika. Tidak heran jika ada yang menganggap fisika kuantum dapat menggoyahkan keyakinan mereka.

Sains vs. Agama: Apakah Bertentangan?

Di dunia akademik, ada pandangan yang berbeda soal hubungan sains dan agama.

Sebagai contoh, fisikawan terkenal Stephen Hawking dalam bukunya The Grand Design menyebutkan bahwa hukum-hukum fisika, termasuk mekanika kuantum, bisa menjelaskan asal-usul alam semesta tanpa melibatkan Tuhan.

Namun, pandangan ini tidak diterima begitu saja. Banyak ilmuwan dan agamawan mengkritiknya. Misalnya, John Polkinghorne, seorang fisikawan sekaligus pendeta, justru melihat fisika kuantum sebagai bukti kebesaran Tuhan. Dalam bukunya Quantum Physics and Theology, ia menulis:

“Hukum-hukum alam semesta terlalu indah dan rumit untuk muncul begitu saja tanpa ada intelektual yang menciptakannya.”

Selain itu, filsuf sains seperti Fritjof Capra dalam The Tao of Physics membandingkan fisika kuantum dengan ajaran spiritual. Menurutnya, fisika kuantum tidak menentang agama, melainkan selaras dengan pemahaman spiritual bahwa segala sesuatu di alam semesta saling terhubung.

Pandangan Ulama di Indonesia

Sekarang, mari kita lihat bagaimana para ulama Indonesia memandang fisika kuantum.

  1. Ustaz Adi Hidayat menegaskan bahwa ilmu pengetahuan, termasuk fisika kuantum, adalah sarana untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Menurut beliau:
    “Ilmu itu membawa manusia mengenal Tuhannya. Bukan ilmu yang salah, tetapi cara manusia memahaminya yang kadang keliru.”
  2. Gus Baha berpendapat bahwa ilmu pengetahuan justru memperkuat iman karena membuka mata terhadap kompleksitas ciptaan Allah. Dalam salah satu ceramahnya, beliau berkata:
    “Kalau kita paham ilmu alam, kita akan semakin yakin bahwa semua ini tidak mungkin ada tanpa kehendak Allah.”
  3. KH. Hasyim Muzadi, tokoh besar NU, juga pernah mengatakan bahwa ilmu dan agama harus saling melengkapi. Beliau menegaskan:
    “Ilmu adalah alat untuk mengenal Tuhan, bukan untuk melawan Tuhan. Kalau ada yang menganggap fisika merusak iman, berarti dia tidak memahami hakikat ilmu itu sendiri.”

Mitos vs. Fakta tentang Fisika Kuantum

Di masyarakat, sering muncul banyak mitos tentang fisika kuantum. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Mitos: Fisika kuantum membuktikan bahwa Tuhan tidak ada.
    Fakta: Tidak ada teori kuantum yang menyatakan demikian. Sains hanya menjelaskan mekanisme, bukan makna.
  2. Mitos: Fisika kuantum adalah sihir modern.
    Fakta: Fisika kuantum berbasis pada matematika dan data eksperimen, meskipun hasilnya sulit dipahami oleh orang awam.
  3. Mitos: Jika Anda percaya pada fisika kuantum, maka Anda tidak bisa percaya pada agama.
    Fakta: Banyak ilmuwan dan tokoh spiritual justru melihat keduanya saling melengkapi.

Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapinya?

Jika demikian, bagaimana sebaiknya kita sebagai umat beragama menyikapi fisika kuantum?

  1. Pahami Ilmunya: Jangan menilai sesuatu tanpa mempelajarinya terlebih dahulu. Fisika kuantum bukan ancaman, melainkan peluang untuk memperdalam pengetahuan.
  2. Kontekstualkan dengan Iman: Seperti yang dikatakan Imam Al-Ghazali: “Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan menuju Tuhan.”
  3. Kritis, tapi Terbuka: Jangan menerima informasi secara mentah, baik itu ilmiah maupun spiritual. Gunakan akal dan hati untuk mencari kebenaran.

Kesimpulan

Jadi, apakah mempelajari fisika kuantum bisa melemahkan iman? Jawabannya: tidak—selama dipelajari dengan niat yang benar.

Ilmu pengetahuan hanyalah alat. Seperti alat lainnya, ia bisa membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, atau sebaliknya, tergantung pada cara kita menggunakannya.

Karena itu, jangan pernah takut mencari ilmu. Tuhan sendiri memerintahkan kita untuk berpikir dan memahami dunia. Seperti firman-Nya dalam Al-Qur’an:

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia.” (QS. Sad: 27)

Closing

Terima kasih sudah membaca Eduidea! Jika Anda menyukai pembahasan ini, jangan lupa untuk like, share, dan subscribe. Ingat, ilmu pengetahuan adalah kunci, bukan ancaman.

Sampai jumpa di artikel berikutnya, dan teruslah belajar untuk memahami dunia ini dengan lebih baik.

Baca juga : Kenapa Al-Qur’an Berkali-Kali Nyuruh Kita Pakai Otak? Jawabannya Mindblowing – Eduidea

Youtube : (1) eduidea – YouTube

Tinggalkan Balasan