You are currently viewing Ringkasan Buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck Bab 7

Ringkasan Buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck Bab 7

Kegagalan sendiri adalah sebuah konsep yang relative. Jika ukuran yang saya pilih adalah ambisi untuk menjadi seseorang pendukung revolusi penulis yang anarkis, fakta bahwa saya gagal menghasilkan uang antara 2007-2008 menjadi sebuah kesuksesan besar.

Perbaikan dalam segala bidang , dilatarbelakangi oleh ribuan kesalahan kecil, dan besarnya kesuksesan Anda berdasar pada beberapa kali anda gagal melakukan sesuatu. Jika seseorang lebih baik daripada Anda mengenai sesuatu hal, sepertinya karena itu dia mengalami kegagalan lebih banyak daripada Anda. Jika seseorang lebih buruk daripada Anda, sepertinya karena itu mengalami semua pengalaman belajar yang menyakitkan seperti yang Anda rasakan.

Menghindari kegagalan adalah sesuatu yang kita pelajari nantinya dalam kehidupan kita.

Pada titik tertentu, sebagian besar dari kita berhasil meraih suatu posisi yang mengondisikan kita untuk takut gagal, untuk menghindari kegagalan secara naluriah, dan hanya terpakai pada apa yang ada di depan kita atau hanya pada bidang yang sudah kita kuasai.

Ini membatasi dan menghambat kita. Kita hanya bisa benar-benar sukses kalau kita ada suatu bidang yang memungkinkan kita untuk rela gagal. Jika kita tidak bersedia untuk gagal, kita pun tidak bersedia untuk sukses.

Ketakutan untuk gagal, kebanyakan datang dari salah pilih nilai-nilai yang buruk. Contohnya, jika saya mengukur diri saya dengan standar “Membuat siapa pun yang saya temui menyukai saya” saya akan menjadi cemas, karena kegagalan 100 persen ditentukan oleh tindakan orang lain, bukan tindakan saya sendiri. Saya tidak memiliki kendali; karena penghargaan diri saya ada pada belas kasih penilaian orang lain.

Lain halnya, jika saya mengadopsi ukuran “Memperbaiki kehidupan sosial saya” saya dapat menghidupi nilai yaitu “menjalin hubungan baik dengan orang lain” entah apa pun tanggapan orang lain terhadap saya. Penilaian saya berdasar pada perilaku dan kebahagiaan saya sendiri.

Jika ukuran dari nilai “sukses dengan nilai standar duniawi” adalah “Membeli rumah dan mobil bagus” dan anda menghabiskan 20 tahun bekerja keras untuk mewujudkannya, begitu ini berhasil diraih, ukuran tadi tidak ada artinya lagi. Maka sampaikan “Hello” kepada krisis paruh baya Anda, karena masalah yang mendorong Anda hampir sepanjang kehidupan dewasa Anda baru saja diangkat dari pundak Anda.

Bukowski berpendapat bahwa rasa takut dan kecemasan serta kesedihan tidak selalu menjadi kondisi mental yang tidak anda diinginkan atau tidak membantu; melainkan, itu sering mewakili derita yang selayaknya kita butuhkan demi perkembangan jiwa kita. Seperti halnya seseotang yang mengalami rasa sakit fisik untuk membentuk tulang dan otot yang lebih kuat, seseorang harus mengalami rasa sakit emosional untuk mengembangkan ketangguhan emosional yang lebih besar, rasa percaya diri dari yang lebih kuat, belas kasih yang meningkat, dan secara umum hidup yang lebih bahagia.

Perubahan perspektif kita yang paling radikal kadang terjadi pada “ekor” suatu momen yang paling buruk. Hanya pada saat kita mengalami rasa sakit yang intens, kita bersedia menimbang nilai-nilai yang kita miliki, dan bertanya mengapa nilai tersebut seakan membuat kita gagal. Kita membutuhkan semacam krisis eksistensial yang memaksa kita untuk melihat secara objektif bagaimana kita telah mendapatkan makna dalam hidup kita, lalu mempertimbangkan untuk mengubah arah.

Anda boleh menyebut “pengalaman ambang batas” atau mengalami sebuah krisis eksistensial”. Namun saya lebih suka menyebutnya “menembus badai” Pilih saja yang cocok untuk anda.

Dan mungkin sekarang ini Anda sedang berada dalam posisi tersebut. mungkin Anda sedang menghadapi tantangan yang paling signifikan dalam hidup Anda dan limbung karena semua hal yang sebelumnya Anda pikir benar dan normal serta baik telah berubah menjadi sebaliknya.

Derita adalah bagian dari proses. Penting untuk merasakan-nya. Karena jika Anda hanya mengajar kesenangan di atas rasa sakit, jika Anda membiarkan diri  terlena dalam kepongohan dan pemikiran positif yang delusional, jika Anda terus memanjakan diri dalam berbagai hal atau kegiatan, Anda tidak pernah akan menemukan motivasi yang menjadi syarat untuk benar-benar berubah

Banyak orang, ketika merasakan suatu bentuk rasa sakit atau amarah kesedihan, mengabaikan semuanya dan mulai merasa kebal atas semua perasaan yang menghinggapi. Sasaran mereka adalah untuk secepat mungkin “merasa baik” kembali, bahkan jika itu mengubah atau menipu diri mereka sendiri atau kembali ke nilai mereka yang buruk. .

Belajarlah menahan rasa sakit yang telah Anda pilih. Ketika memlilih sebuah nilai baru, Anda sedang memilih untuk memasukkkan bentuk rasa sakit yang baru ke dalam hidup Anda. Rasakan. Nikmati. Terima dengan tangan terbuka, kemudian lakukanlah. Hidup adalah tentang tidak mengetahui apa pun dan kemudian melakukan sesuatu, apa pun yang terjadi. Segala hal dalam kehidupan berlaku seperti ini.

Tindakan bukan hanya efek dari suatu motivasi, ini juga menjadi penyebab suatu motivasi.

Sebagian besar dari kita mengambill suatu tindakan setelah kita merasakan tingkat motivasi tertentu. Dan kita merasakan suatu motibvasi hanya ketika kita menjelaskan inspirasi, contoh emosional yang cukup. Kita bias asumsikan langkah-langkah tersebut terjadi dalam semacam rantai reaksi singkat, seperti ini:

Insiprasi emosional –> Motivasi –> Aksi yang di inginkan

Motivasi bukan saja reaksi tiga rantai, namun lingkaran setan:

Insiprasi –> Motivasi –> Aksi –> Insiprasi –>Motivasi –> Aksi             

Aksi atau tindakan Anda akan menciptakan reaksi dan inspirasi emosional yang lebih jauh, dan terus berlanjut untuk memotivasi aksi berikutnya, dengan memanfaatkan pemahaman ini, kita sebenarnya dapat mengubah ulang orientasi pola pikir kita dengan cara berikut :

Aksi –> Insiprasi –> Motivasi

Jika Anda kurang motivasi untuk membuat suatu perubahan dalam hidup Anda, lakukan sesuatu-apapun itu, sungguh-kemudian memanfaatkan reaksi dari aksi tersebut sebagai cara untuk mulai memotivasi diri.

Jika kita mengikuti prinsip “lakukan sesuatu” kegagalan terasa tidak penting. Ketika standard kesuksesan hanya “melakukan sesuatu”-ketika setiap hasil dianggap sebuah kemajuan dan penting, insiprasi dilihat sebagai sebuah imbalan ketimbang suatu prasyarat-kita mendorong diri kita lebih maju. Kita merasa bebas untuk gagal, dan kegagalan inilah yang menggerakan kita ke depan.

Prinsip “lakukan sesuatu” bukan hanya membantu kita saat kita tergoda untuk menunda suatu pekerjaan, namun ini juga menjadi bagian dari proses mengadopsi nilai-nilai baru. Jika anda berada di tengah-tengah badai eksistensial dan segalanya terasa tak berarti-jika semua cara yang Anda gunakan untuk mengukur diri Anda sudah hampir habis dan Anda masih tidak punya bayangan apa yang akan terjadi kemudian, jika Anda menyadari kalau Anda telah melekat diri Anda senditi dengan mengejar mimpi palsu, atau jika Anda tahu bahwa beberapa ukuran yang lebih baik untuk menilai diri Anda tapi Anda tidak tahu yang mana-jawabannya sama : Lakukan sesuatu.

Tinggalkan Balasan