You are currently viewing Ringkasan Buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck Bab 2

Ringkasan Buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck Bab 2

Ringkasan Buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck Bab 2!-
Eduidea.id – Artikel kali ini adalah lanjutan resensi Bab 1 dari buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck.

Ketahui Ringkasan Buku Bab 2 Kebahagian Itu Masalah

Ringkasan buku tentang The Subtle Art of Not Giving a F*ck pada bab ini diawali dengan cerita sang Budha yang dulunya seorang pangeran yang tinggal di istana megah dengan segala kemewahannya tapi merasa gusar dan tidak bahagia hingga akhirnya dia memutuskan untuk keluar istana untuk mengetahui apa yang terjadi di luar sana, sampai kemudian sang pangeran mendapai banyak sekali penderitaan yang terjadi di luar istana. Dan akhirnya untuk mencari jati diri, pangeran tersebut memutuskan untuk merasakan hidup menderita seperti orang – orang yang ada diluar istana. Hingga akhirnya dia mendapati bahwa hidup itu sendiri adalah suatu penderitaan. Tidak peduli menjadi orang kaya ataupun miskin semuanya akan merasakan penderitaan dan masalahnya masing – masing.

Ringkasan Buku- Hidup Merupakan Rentetan Masalah

Pada intinya, hidup hanyalah rentetan masalah yang tidak ada ujungnya. Solusi terhadap satu masalah hanya akan menciptakan masalah lain. Sehingga jangan mengharapkan suatu kehidupan yang bebas dari masalah, tetapi sebaliknya, berharaplah akan hidup yang penuh dengan masalah – masalah yang baik sehingga kita akan mendapatkan kebahagian saat berhasil memecahkannya. Karena kebahagian yang sejati akan kita terwujud hanya jika ketika kita menemukan masalah kemudian menikmati prosesnya hingga akhirnya dapat memecahkan masalah tersebut.

Selain itu pada bab ini juga membahas terkait emosi, dimana dijelaskan bahwa emosi adalah umpan balik yang mengatakan kepada kita apakah sesuatu itu sepertinya benar atau salah. Emosi negatif adalah suatu panggilan untuk bertindak, menangkal emosi negatif berarti menolak mekanisme umpan balik yang membantu seseorang untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan emosi positif merupakan imbalan atas tindakan yang tepat. Tetapi emosi positif pun akan berlalu seiring datangnya masalah – masalah baru.

Emosi ini hanya penunjuk jalan, anjuran yang disampaikan otak kita, bukan perintah. Karena itu, sebaiknya kita tidak langsung memercayai emosi kita sendiri. Malah sebaiknya membiasakan diri untuk mempertanyakan emosi kita masing – masing. Karena jika kita terlalu menyandarkan pada emosi, semua hal akan dibenarkan hanya berdasarkan perasaan. Dan hanya balita lah yang yang hidupnya menyandarkan pada emosi.

Obsesi dan perhatian yang berlebih terhadap emosi akan menggagalkan kita karena alas an sederhana, yaitu bahwa emosi tidaklah kekal. Apa yang membuat kita Bahagia hari ini belum tentu membuat kita bahagia lagi esok. Hal ini  dikarenakan biologi kita selalu membutuhkan sesuatu yang lebih. Inilah yang menyebabkan mengapa masalah kita selalu berulang dan tidak dapat dihindari.

Simpulan

Kembali lagi pada pembahasan tentang “masalah” dimana kebahagian akan didapat dari memecahkan masalah, dibutuhkan perjuangan untuk melakukan itu semua. Sehingga kita harus berani merasa sakit, merasa lelah bahkan menderita untuk bisa Bahagia. Karena yang menentukan kesuksesan bukanlah apa yang dinikmati melainkan rasa sakit yang bisa ditahan. Dimana jalan setapak menuju kebahagian adalah jalan yang penuh tangisan dan rasa malu. Sehingga menginginkan imbalan bukannya jerih payah, menginginkan hasil dan bukan proses, jatuh cinta pada kemenangan dan bukan perjuangan bukanlah jalan kebahagian.

Tinggalkan Balasan